REVIEW FILM THE CURIOUS CASE OF BENJAMIN BUTTON (2008)

 REVIEW FILM THE CURIOUS CASE OF BENJAMIN BUTTON (2008)

Ketika awal masa-masa kuliah gua pernah mendapatkan materi dari salah satu dosen editing mengenai cuplikan adegan pada film The Curious Case of Benjamin Button (2008). Dua buah adegan ditampilkan saat perkuliahan tengah berlangsung, yaitu saat Benjamin mengunjungi Daisy dan membayangkan bagaimana kejadian saat Daisy tertabrak taksi, dan montase dari ending film ini. Saat itu gua belum pernah menonton film The Curious Case of Benjamin Button, namun setelahnya gua akhirnya menonton film ini. Gua tidak terlalu mengingat bagaimana impresi gua ketika pertama kali menonton film ini, yang gua ingat adalah film ini memiliki durasi yang cukup panjang dan diceritakan menggunakan narator yang membacakan cerita selayaknya sebuah novel melalui voice over.

The Curious Case of Benjamin Button (2008) adalah film drama romance dan juga fantasi yang disutradarai oleh David Fincher. Film ini diangkat dari sebuah cerita pendek karya F. Scott Fitzgerald, yang gua ketahui sebagai pengarang novel The Great Gatsby. Film ini dibintangi oleh Brad Pitt dan Cate Blanchett yang berperan sebagai Benjamin dan Daisy. Berlatar sejak usainya perang dunia pertama, film ini menceritakan kisah tentang seorang laki-laki bernama Benjamin Button yang terlahir dengan kondisi siklus hidup yang terbalik. 

Benjamin terlahir dengan fisik penuh keriput dan banyak penyakit layaknya seorang lansia, setelah dibuang ayahnya dan diadopsi seorang pembantu di yayasan panti jompo, Benjamin akhirnya tumbuh dan belajar menjalani kehidupannya sebagai seorang yang berbeda. Film ini menghadirkan suasana romansa sejak tokoh Benjamin pertama kali bertemu dengan Daisy, pertemuan keduanya berlangsung cukup canggung karena perbedaan fisik mereka. Seiring film berjalan dan keduanya tumbuh dewasa (Benjamin menjadi lebih muda), barulah mulai timbul kehangatan dan api asmara di antara keduanya. Sejatinya film ini bercerita tentang waktu, tentang bagaimana manusia dan keadaan berubah dengan berjalannya waktu, di mana ketidakpastian dan kefanaan mengikuti mereka kemanapun dan kapanpun. 

The Curious Case of Benjamin Button memperlihatkan kepada penonton tentang protagonis yang berusaha menemukan makna hidup dan cintanya di tengah siklus hidup yang tidak biasa. Sosok Benjamin dipertemukan dengan sembilan orang yang mengisi kehidupannya, mengajarkannya hal-hal penting, dan mencintai apa adanya. Film ini memang berdurasi cukup lama, yaitu 2 jam 46 menit. Namun dengan durasi demikian rasanya cukup untuk menggambarkan kisah hidup sosok Benjamin sejak lahir hingga wafatnya. Menurut gua ini adalah film Fincher yang tidak biasa, karena ia dikenal mahir dalam menyutradarai film-film bergenre misteri seperti Se7en (1995), Zodiac (2007), dan Gone Girl (2014).

Sebagai seorang penonton, gua sangat menikmati film ini. Dengan gaya bertutur yang non linear, film ini ditampilkan dengan dua plot yang beriringan; Daisy tua yang berbaring di rumah sakit dan menanti badai datang, serta kisah hidup Benjamin di masa lalu. Cerita dari awal yang semula hanya menyajikan kisah satu orang perlahan membaur menjadi kisah hidup sebuah keluarga di dalamnya. Inilah yang membuat film ini menarik untuk ditonton.

Kita akan diperlihatkan betapa sulitnya hidup seorang Benjamin. Bagaimana ia beradaptasi akan hal-hal baru sembari menyesuaikan dengan kondisi dirinya saat itu, hingga memahami arti dari peristiwa-peristiwa yang berlalu lalang dalam hidupnya. Di beberapa bagian juga penonton akan dibawa untuk melihat ironi, serta perubahan signifikan yang terjadi pada tokoh-tokoh yang mengisi hidup Benjamin. Semua berjalan mengalir selayaknya kehidupan manusia pada umumnya, di mana penonton dapat memetakan siklus hidup yang terjadi sesuai perkembangan usia Benjamin yang disebutkan berkali-kali di film ini.

David Fincher memberikan suntikan gayanya melalui beberapa adegan yang berisi suspense yang tidak terlalu berat. Dengan ditunjang gaya editingnya, beberapa adegan terasa dirajut dengan berbeda agar tidak terkesan monoton dan flat sepanjang film melalui insert footage maupun permainan paralel editing. Sinematografinya juga mampu menampilkan sisi-sisi terkurung, kekhawatiran, dan rasa kesepian dari Benjamin yang datang silih berganti. Sementara musik skoringnya mampu menunjang peristiwa dan mood yang ditampilkan pada visual adegannya, ia melengkapi perjalanan fisik dan emosional ketika Benjamin kecewa, cemas, dan kesepian.

Akting Brad Pitt yang selalu terlihat kebingungan namun memiliki beban mendalam melalui sorot matanya mampu mengimbangi performa Cate Blanchett yang tampil lebih aktif dan ekspresif sepanjang film. Keduanya memiliki chemistry yang kuat dan berhasil memberikan performa terbaik dari transformasi fisik dan emosional karakter Benjamin maupun Daisy yang menua dan memuda secara berdampingan. Yang patut diapresiasi juga adalah bagaimana departemen make up bekerja keras dalam menghadirkan tiap perubahan wajah tokoh-tokoh yang berganti seiring berjalannya waktu. Kolaborasi dari keseluruhan tim akhirnya bisa menghadirkan sebuah film yang menyentuh dan memiliki banyak makna.

Banyak banget quotes inspiratif yang bisa dinikmati penonton sepanjang film berlangsung. Meskipun gua banyak memuji aspek-aspek pada film ini, namun ada beberapa hal teknis seperti visual efek yang masih kurang rapi yang menjadi minus pada film ini. Selebihnya, film ini apik, dan rasanya cocok untuk menikmati gaya bertutur Fincher yang beda. The Curious Case of Benjamin Button bagi gua seperti mengajak penontonnya untuk merenungi hal-hal kecil yang terlintas di kehidupan, memaknai kata "tak ada yang abadi", memberi pilihan untuk tetap ikhlas dan terus hidup, serta menerima takdir dan kematian dengan sukarela.

Terima kasih telah membaca review ini, jangan lupa follow Instagram gua @im.amru dan subscribe channel Youtube gua Daffa Amrullah.


Comments