Review Film Sinister (2012)
Bagi para penggemar film horror, banyak sekali perdebatan mengenai judul film yang dinobatkan sebagai film paling seram/menakutkan versi mereka. Tingkat ketakutan penonton dalam menyaksikan sebuah film bergenre horror merupakan sesuatu yang sifatnya subjektif. Namun dalam sebuah penelitian yang dilakukan oleh Broadband Choices, film Sinister (2012) dinobatkan sebagai peringkat pertama. Penelitian yang bertajuk Science of Scare Project ini mengukur detak jantung dari para peserta tes yang diminta untuk menonton beberapa film horror. Hasilnya, film Sinister mampu meningkatkan detak jantung penonton sampai 86 BPM, bahkan lonjakannya mencapai 131 BPM setelah salah satu jump scare ditampilkan.
Gua pertama kali menyaksikan film Sinister saat masih SMP, dan setelah bertahun-tahun lamanya akhirnya gua kembali menonton ulang film ini demi membuktikan apakah hasil penelitian tersebut juga sesuai dengan perspektif gua ketika menontonnya dan membedah apa saja hal yang membuat film ini begitu menyeramkan.
Sinister merupakan film bergenre horror, mystery yang disutradarai oleh Scott Derrickson yang juga dikenal sebagai sutradara film Dr. Strange (2016). Film ini bercerita tentang seorang penulis buku kriminal yang kontroversial bernama Ellison (Ethan Hawke), dan keluarganya yang baru saja pindah ke sebuah rumah bekas kejadian pembunuhan misterius. Perpindahan ini merupakan hal yang disengaja demi riset lapangan untuk buku terbaru yang tengah digarapnya. Pada hari pertama, Ellison menemukan sebuah box berisi kaset film 16mm dengan adegan-adegan pembunuhan misterius sebuah keluarga dari tahun ke tahun yang disimpan rapi dan diberi judul. Setelah menontonnya, Ellison sekeluarga kerap mendapati hal-hal janggal yang terjadi di kediaman mereka yang dapat mengancam keselamatan mereka semua.
Sejak menit awal, film Sinister memang sudah menyuguhkan kengerian yang serius dengan menampilkan footage film 16mm dari sebuah adegan keluarga yang digantung di pepohonan. Adegan ini terlihat sangat real selayaknya found footage yang menggiring persepsi penonton untuk mempercayai bahwa hal yang mereka tonton bukanlah film yang direkayasa, melainkan sebuah rekaman asli yang diambil oleh seseorang yang masih misterius. Setelah adegan tersebut, penonton akan mengikuti kisah Ellison dalam memecahkan misteri siapakah dalang di balik pembunuhan keluarga-keluarga pada kaset tersebut, dan mengapa selalu ada seorang anak yang hilang ketika peristiwa itu terjadi.
Sinister mungkin agak berbeda dari film-film horror lainnya yang terlihat heboh melalui serangkaian jump scare, penampakan wujud setan yang mengerikan dan bervariatif, maupun adegan-adegan poltergeist dan exorcism yang kini tengah menjamur di film-film horror sekarang. Film Sinister cenderung menampilkan plot cerita yang berjalan dengan lambat, diiringi dengan kisah personal dari dunia seorang penulis buku, investigasi kejahatan, dan rasa penasaran dari tokoh protagonisnya terhadap hal-hal gaib.
Film ini tidak akan menakut-nakuti penonton dengan cara-cara formulatif, melainkan dengan menunjukkan kejanggalan-kejanggalan kasus yang sedang digali oleh Ellison, rasa ketidaknyamanan ketika footage-footage pembunuhan ditampilkan, dan kekhawatiran akan sesuatu yang potensial akan terjadi pada keluarganya akibat kemiripan dirinya dan keluarga pada tape rekaman. Protagonis yang juga merupakan seorang pria dewasa, penulis, cerdas, dan rasional juga membuat film ini terasa lebih mengerikan ketimbang film-film horror biasa, mengapa demikian? karena seringnya sebuah film horror selalu menampilkan sosok protagonis seorang wanita yang lemah, naif, dan bermasalah. Selain itu sosok pria dewasa memang lebih mengedepankan rasionalitas ketimbang perasaan yang mana kecenderungannya pria dewasa pada film horror jarang melihat sosok penampakan, atau menjadi korban yang dihantui, dan tidak percaya akan hal-hal gaib. Sosok Ellison lebih mudah relate dengan penonton yang sejatinya rasional sejak awal film, dan ketika terjadi gangguan yang tidak masuk akal pada si protagonis, maka penonton yang tadinya rasional juga akan merasa goyah karena sudah terkoneksi dengan keteguhannya.
Film Sinister menghadirkan sosok Bughuul/Mr. Boogie sebagai antagonis/hantunya. Sosok ini dikaitkan dengan legenda kuno yang memangsa dan menculik anak-anak. Sosoknya memang tidak mengancam dengan serangan fisik, namun ia berhasil menghancurkan keteguhan protagonis secara perlahan melalui dampak emosional. Sinister juga bermain pada satu lokasi yang sejak awal sudah diset up kengeriannya melalui footage awal yang telah gua jelaskan sebelumnya. Penggunaan strategi ini memberi dampak "terjebak" pada kondisi psikologis si protagonis yang menjadikannya sasaran empuk bagi strategi yang akan datang dari sosok Bughuul.
Dari segi teknis film ini sangat kuat dalam memainkan ketakutan penonton melalui kesadisan found footage yang dikolaborasikan dengan penggunaan sound dan musik aneh yang berlangsung ketika film 16mm dimainkan. Selain itu dengan menyembunyikan sosok Bughuul yang begitu lama muncul dapat membuat penonton mengantisipasi apa yang akan terjadi selanjutnya. Ketika penonton sudah terlanjur waspada sebegitu kuatnya dan lengah akan hal-hal normal, justru momen itulah yang dimanfaatkan Derrickson untuk memasang jump scare yang benar-benar membuat jantung berdegup cepat. Rangkaian inilah yang membuat film Sinister dapat membuat penonton degdegan sepanjang menonton. Slow paced horror yang mengeksplorasi kesunyian, rekaman amatir, dan mereveal adegan sebenarnya di akhir memang bisa dikatakan sukses untuk menakut-nakuti penonton dengan cara yang berbeda agar tidak jenuh akan keberisikan film-film horror konvensional yang bertaburan jump scare dan adegan-adegan tak masuk akal lainnya, meskipun sejatinya film horror memang selalu tidak masuk akal.
Terima kasih telah membaca review ini, jangan lupa follow instagram gua @im.amru dan twitter gua @daffaamrullah. Tonton juga review-review film yang gua ulas di kanal Youtube Daffa Amrullah.
Comments
Post a Comment