Review Film Memories of Murder (2003)
Siapa yang tidak mengenal Bong Joon-Ho, sutradara asal Korea Selatan yang sukses dengan film Parasite (2019), film Asia sekaligus film non-bahasa Inggris pertama yang memenangkan kategori Best Picture dalam ajang Oscar tahun 2020. Kali ini gua menonton salah satu filmnya yang berjudul Memories of Murder yang dibintangi oleh aktor yang sama dengan film Parasite, Song Kang-ho. Film bergenre drama, crime, mystery ini berlatar di tahun 1986 di sebuah provinsi kecil di Korea Selatan, yang mengisahkan tentang dua orang detektif yang berusaha memecahkan kasus pembunuhan berantai sekaligus pemerkosaan para wanita di lingkungan sekitar dengan motif yang sama.
Memories of Murder menampilkan dua tokoh detektif dengan kepribadian, pola kerja, dan prilaku yang berbeda, yang mana salah seorang di antaranya yang bernama Park Doo-man (Song Kang-ho) bersikap ceroboh, intimidatif, dan manipulatif, sementara rekan barunya yang berasal dari Seoul yang bernama Seo Tae-yoon (Kim Sang-kyung) memiliki sifat teliti, perfeksionis, dan penuh kesabaran. Sepanjang film yang berdurasi 2 jam 11 menit ini penonton akan melihat bagaimana sebuah kasus pembunuhan berantai ini dapat mengubah serta membalikan kondisi psikologis kedua detektif yang sudah sangat muak dan frustrasi untuk menemukan titik terang dari kalimat "siapa pembunuh sebenarnya?".
Sedari awal film memang kita sudah diperlihatkan dengan lanskap lingkungan yang menjadi TKP dari beberapa peristiwa pembunuhan tersebut, kondisi bobroknya sistem kepolisian dan kantor kerja detektif, serta janggalnya tanda-tanda kematian korban. Dengan menempatkan protagonis pada situasi dan medan yang sulit, maka teka-teki dari kasus ini menjadi semakin runyam dan menantang. Selain harus memecahkan misteri mengenai siapa pembunuh berantai yang tengah berkeliaran di luar sana, film Memories of Murder juga menyoroti tentang persaingan kerja antara kedua detektif yang ada, di mana kultur senioritas, represi yang kerap kali dilakukan aparat, dan budaya manipulasi tersangka tumbuh subur di lingkungan kerja si detektif.
Bong Joon-Ho sebagai seorang sutradara kerap kali bermain dengan perspektif kamera untuk memberikan penonton beberapa sudut pandang baik dari sosok pelaku maupun detektif. Selain itu pengambilan gambar juga berperan penting dalam membangun suspense dan surprise di film ini dikarenakan banyak adegan menegangkan yang memaksa penonton untuk menebak-nebak apa yang akan datang selanjutnya di berbagai sequence film ini. Beberapa properti juga tidak hanya sekedar pendukung cerita, melainkan menjadi benang merah sekaligus petunjuk-petunjuk yang dapat membongkar identitas maupun siasat pelaku pembunuhan yang selama ini dicari-cari.
Memories of Murder seperti permainan kucing-kucingan yang melibatkan manusia, alam, dan kondisi sosial masyarakatnya yang diaduk-aduk dalam misteri yang penuh emosi. Keterlibatan dari semua tokohnya yang saling berinteraksi satu sama lain, balutan budaya masyarakat kelas bawah seputar seks, serta naluri berburu dan diburu akan membawa penonton kepada pengalaman menegangkan dan mendebarkan ketika waktu menjadi bom yang dapat meledak secara beruntun di titik-titik yang tak dapat diprediksi. Seperti judulnya, film ini akan menuntun kita kepada romantisasi kenangan-kenangan dari sebuah tempat yang menyimpan ingatan buruk dari detektif Park Doo-man terhadap kasus pembunuhan yang pernah terlintas di hidupnya.
Kesimpulannya adalah film karya Bong Joon-Ho ini merupakan salah satu film drama crime mystery yang kuat secara formula, dan tidak hanya berfokus pada penyelesaian masalah, tetapi juga mempertanyakan moral dari tiap-tiap karakternya hingga muncul sebuah pertanyaan apakah sebenarnya kedua belah pihak sama-sama berbuat kotor dan tercela?
Terima kasih telah membaca review ini, jangan lupa follow Instagram gua @im.amru dan subscribe Youtube: Daffa Amrullah.
Comments
Post a Comment