Review Film John Wick: Chapter 4 (2023)
Siapa yang tidak mengenal nama John Wick? sosok fiksi yang sangat badass di film dengan judul yang sama ini telah menggugah penonton sejak tahun 2014 saat film pertamanya dirilis. Keanu Reeves yang memerankan sosok Wick benar-benar menyihir penonton untuk membayangkan betapa kerennya seorang pembunuh bayaran yang berusaha untuk pensiun tetapi malah harus balik lagi ke bisnis gelap yang super ketat karena anjingnya dibunuh. Bermula dari kematian seekor anjing, akhirnya sosok sangar ini mulai beraksi kembali dan menghabisi semua orang yang menghalanginya. Di setiap film-filmnya, Wick selalu menampilkan ketangguhannya melawan musuh-musuh berbahaya yang mana tiap film selalu naik level layaknya game petualangan yang mewajibkan pemainnya melawan big boss di setiap akhir levelnya. Pertanyaannya adalah apakah film kelanjutannya dapat melampaui kesuksesan film sebelumnya? dan bagaimana ending dari legenda Baba Yaga ini? Semua kekhawatiran itu terus menghantui sekuel-sekuel John Wick dikarenakan setiap ending dari film ini selalu menampilkan cliff hanger yang memacu adrenalin penonton untuk menebak-nebak apakah Mr. Wick bisa selamat dari maut di film setelahnya.
John Wick: Chapter 4 adalah sebuah penantian berharga yang berhasil memuaskan dahaga para penggemarnya, termasuk gua sendiri. Selain itu, film terakhir dari petualangan Baba Yaga ini juga merupakan ending yang sempurna untuk menutup kisah John Wick. Gua harus memulai review ini dengan memuji keterampilan sutradara Chad Stahelski yang berhasil menyuguhkan sebuah sajian film action keren selama 9 tahun ini, dan sekali lagi apresiasi besar untuk Keanu Reeves yang senantiasa tampil prima di keempat filmnya.
Film keempat ini kembali berkisah tentang John Wick yang harus menghadapi ancaman dari organisasi High Table yang memburunya. Berkelanjutan dari film sebelumnya, kini ia diburu dengan kekuatan penuh dan harga buronan yang lebih fantastis yang membangkitkan nafsu para pembunuh bayaran di tempat-tempat yang ia singgahi mulai dari Osaka, Berlin, sampai Paris. Selain perburuan Wick, film ini juga menyoroti konflik antara High Table dengan Hotel Continental New York yang dimanajeri oleh Winston. Wick yang tidak kenal ampun harus menuntaskan masalah ini sampai ke akar-akarnya, tapi yang jadi problem utamanya adalah sampai kapan Wick harus membunuh dan apakah ada cara lain agar ia terbebas dari belenggu High Table dan statusnya sebagai Excomunicado?
Di Chapter keempat, film ini menghadirkan beberapa tokoh baru yang juga menjadi ancaman bagi sosok John Wick, yaitu Marquis (Bill SkarsgÄrd) seorang pemimpin baru yang ditunjuk oleh para petinggi High Table untuk memburu Wick, Caine (Donnie Yen) pembunuh bayaran buta berbahaya sekaligus mantan teman Wick, dan Tracker/Mr. Nobody (Shamier Anderson) bounty hunter yang mahir dalam melacak lokasi dan terobsesi dengan harga John Wick di pasar internasional. Dengan posisi dan kekuatannya masing-masing ketiganya menjadi penghalang yang sangat berbahaya bagi John Wick dalam mencapai tujuannya.
John Wick: Chapter 4 juga menampilkan segudang sequence laga yang tidak main-main. Sejak opening filmnya, penonton sudah diajak masuk ke dalam situasi yang sangat menegangkan dan memacu adrenalin. Di tiap-tiap aksinya, film ini selalu menampilkan hal-hal baru yang memuaskan mata penonton ketika menyaksikan adegan pertarungan yang brutal baik dengan senjata api, senjata tajam, maupun tangan kosong. Film keempatnya ini sukses menghadirkan beberapa style bertarung sesuai dengan tempat yang disinggahi oleh John Wick yang membuat penonton tidak jenuh ketika menontonnya. Semua action package yang diinginkan oleh penggemar film laga berhasil dieksekusi dengan baik dengan tensi yang naik turun dan diselingi oleh beberapa dialog yang merekatkan beberapa tokohnya sekaligus untuk mendalami latar belakang dan keterkaitan mereka di industri terkutuk ini.
Tidak lengkap rasanya kalau membahas film John Wick namun tak membahas setting yang digunakan pada film ini. Seperti kita ketahui bahwa di setiap filmnya, Chad Stahelski selalu memainkan setting atau bisa kita bilang "tempat" yang tidak biasa sebagai latar bertarung Wick melawan musuh-musuhnya secara real. Tempat-tempat unik inilah yang menjadi daya tarik tersendiri dari film-film John Wick dan adegan laganya. Film ini sering menampilkan keeksotisan tempat dan properti yang pada akhirnya digunakan Wick dalam menghabisi lawannya. Begitu pula di film ini, Stahelski membawa penonton untuk mengikuti pelarian Wick melintasi padang pasir, hotel berarsitektur tradisional Jepang, kelab malam dengan air terjun, sampai seluk beluk kota Paris dalam durasi 2 jam 49 menit.
Hal menonjol lainnya yang mendukung eksplorasi tempat-tempat tersebut adalah penggunaan tata cahaya yang spektakuler pada film ini dan juga teknik sinematografi. Pencahayaan dengan berbagai warna mampu memperkuat ketegangan, mood, dan membangun ruang-ruang yang mencekam di setiap adegan-adegan yang ada. Film ini cukup banyak memberikan gambar-gambar yang wide dan memperlihatkan situasi beserta arsitektur di ruang-ruang tersebut. Untuk film keempatnya sendiri salah satu hal yang gua sukai adalah Stahelski menampilkan sebuah scene dengan long take shot dan god eyes view dalam adegan pertarungannya di mana penonton dapat melihat pergerakan John Wick dalam menjelajahi ruang-ruang untuk menghabisi musuh-musuhnya, without spoiler tapi ini adalah adegan yang sangat satisfying buat gua pribadi.
Adegan-adegan combat di film ini juga sangat keren, di mana Reeves bertarung layaknya seorang profesional dengan menampilkan detail-detail dari tiap tembakan, reload, menghindar, hingga berlindung. Di banyak adegan juga kontribusi tokoh Caine dan Tracker mampu mengimbangi gaya bertarung Wick dengan ciri khas mereka masing-masing. Ketiganya saling berbagi porsi screen time yang akan menemani penonton sepanjang film. Tak melulu bertarung, film John Wick: Chapter 4 juga memberikan jeda dengan menampilkan momen-momen perenungan, interaksi antara Wick dengan tokoh lainnya, dan pengenalan beberapa aturan perpolitikan High Table maupun "keluarga" Wick yang di film ketiganya telah dibahas sedikit-sedikit. Seperti biasa pula film ini memberikan kesan kental akan ciri khas mafia-mafia dari berbagai belahan dunia yang sudah tersegmentasi dengan perawakan, pakaian, hingga kebudayaan yang sangat menonjol.
Dengan hal-hal positif tadi bukan berarti film John Wick: Chapter 4 tidak lepas dari kecacatan. Menurut gua ada beberapa hal yang membuat sedikit minus film ini. Beberapa hal tersebut antara lain adalah formula pertarungan yang cukup repetitif, dikarenakan durasi pertarungan yang terbilang cukup lama, mungkin sebagian akan merasa jenuh juga ketika menyaksikan adegan-adegan tersebut berulang kali, salah satunya adalah (spoiler) adegan John Wick yang selalu terjatuh dari ketinggian, gua tidak tahu apakah itu konsep dari pertarungan tersebut atau sebuah pesan yang bermakna "kejatuhan" Wick yang sesungguhnya. Lalu ada hal-hal di luar nalar seperti sosok Caine yang buta namun bisa bertarung sedemikian rupa, walaupun pada awalnya penonton diberikan clue berupa trick bertarung yang digunakan Caine agar ia bisa mendeteksi musuhnya, tapi lama kelamaan konsistensi itu dipatahkan layaknya hal konyol yang cuma numpang lewat, yang paling parahnya menurut gua adalah (spoiler) ketika sosok Caine bisa membaca kartu yang ia pegang, ini sangat bodoh, tapi tak apa, gua menyaksikan film John Wick untuk bersenang-senang dengan pertarungan yang seru, bukan berpikir keras layaknya menonton film Scorsese. Dan yang terakhir adalah penggunaan visual efek/CGI yang tidak terlihat meyakinkan untuk menampilkan tempat/bangunan di sela-sela penggunaan lokasi asli yang banyak diterapkan pada filmnya, apa yang penonton lihat terasa jomplang ketika banyak adegan menggunakan tempat dan properti asli sementara sebagian menggunakan CGI, hal ini dapat penonton rasakan pada ending film yang menurut gua sangat terasa kasar, apalagi ketika anda menyaksikannya dengan format IMAX.
Kesimpulannya adalah John Wick: Chapter 4 merupakan penutup yang sempurna bagi kisah ini, di mana tokoh John Wick diseselaikan dengan cara yang sangat terhormat, mengakhiri petualangan spektakuler selama 9 tahun dengan baik, dan menyempurnakan arc dari tokoh John Wick itu sendiri. Chad Stahelski sukses dalam menaikkan level filmnya menuju klimaks saat final, membawa sajian laga baru yang melegenda, dan memorable di benak penonton setianya. Semoga saja spin offnya nanti yang berjudul Ballerina dapat sesukses film-film John Wick ini. Seharusnya Vin Diesel dan saga Fast Furiousnya dapat belajar dari kesuksesan John Wick alih-alih terus menghadirkan film-film lanjutan dengan formula basi demi meraih pundi-pundi semata.
Terima kasih telah membaca review ini, follow Instagram gua @im.amru dan subscribe channel Youtube gua: Daffa Amrullah.
Comments
Post a Comment