Review Film The Menu (2022).
Tahun 2022 banyak sekali film-film yang menampilkan bagaimana orang kaya ataupun orang dengan title "kelas atas" menderita dan disiksa. Setelah sebelumnya gua menonton film Triangle of Sadness (2022), sekarang gua menyaksikan salah satu film unik yang berjudul The Menu.
The Menu sendiri bercerita tentang sepasang kekasih yang mengambil sebuah paket tur untuk menyicipi hidangan fancy yang berkonsep fine dining sebuah restoran di tengah pulau yang sangat terkenal bernama Hawthorne, mereka tidak sendiri melainkan bersama beberapa orang kaya dan famous yang juga ikut tur tersebut. Saat mencapai pulau tersebut mereka disuguhkan berbagai hidangan dan situasi perlahan berubah menjadi mencekam seiring pergantian hidangan satu ke hidangan lainnya yang membuat nyawa mereka semua terancam.
Diperankan oleh Anya Taylor Joy, Nicholas Hoult, dan Ralph Fiennes, film The Menu terbilang sukses dalam menghibur penonton dalam menyajikan berbagai sajian menu yang estetik serta menghadirkan suspense yang beragam di sepanjang filmnya. Karakter Chef yang diperankan oleh Fiennes mampu mencuri perhatian dengan kharismanya dan kesan misterius yang dingin. Penonton akan dibuat untuk terus menebak berbagai kejutan yang diberikan oleh si Chef dan cerita-cerita di baliknya.
Seperti biasa dalam film yang menghadirkan banyak tokoh, sepertinya latar belakang dari setiap tokoh hanya akan ditampilkan secara sedikit sebagai pemanis belaka, tidak ada penggalian khusus di setiap karakter yang ada pada film The Menu yang membuat penonton hanya melabeli mereka sebagai "orang kaya apes yang akan mati hari ini", meskipun sedikit dijelaskan bahwa mereka ada yang datang dari kalangan pengusaha, bintang film, ataupun kritikus makanan. Sepertinya formula ini diterapkan agar penonton fokus pada tokoh utama yaitu Chef, Margot, dan Tyler.
Secara naskah, film The Menu tidak mau bertele-tele dalam menampilkan masalahnya, di menit-menit awal kita sudah langsung diajak ke dalam sebuah pulau yang aneh dengan gerak-gerik pelayan yang mencurigakan, tempat terlarang yang tidak boleh dimasuki siapapun, dan salah seorang tokoh yang tidak diundang. Inti permasalahan langsung disuguhkan sebagai menu pembuka film ini, bahwa "mereka semua terjebak, apa yang akan terjadi nantinya?". Selanjutnya The Menu akan menampilkan masalah-masalah lainnya secara perlahan melalui hidangan-hidangan lanjutan sepanjang film.
Dengan konsep fine dining, The Menu mampu memberi storytelling yang dibangun melalui hidangan-hidangan mewah tersebut, motivasi di baliknya, dan sedikit edukasi terhadap bahan-bahan makanan dan pengolahannya yang membuat film ini semakin menunjukkan "kelas" nya dan bencananya. Secara personal gua menyukai konsep dari film The Menu, walaupun ada beberapa hal yang menurut gua menjadi minus di film ini seperti kurangnya informasi terkait tokoh-tokoh utama yang ada, seperti sosok Tyler dan Margot yang akhirnya cuma menjadi pelanggan yang numpang lewat saja. Ketidakjelasan siapa sebenarnya sosok Margot maupun Tyler sendiri yang awalnya menarik malahan menjadi membosankan setelah diungkapkan begitu saja di paruh akhir film, dan beberapa sequence yang hanya membuat gua berkata "oh, gitu doang, gak ada yang spesial dong".
Ya, terlepas dari beberapa kekurangannya, The Menu berhasil menyajikan gambar-gambar yang satisfying dengan beragam shot close up dari makanan mewah dan proses memasaknya yang sangat teliti dan mendetail. Ia juga membawa beberapa kisah klasik dari masalah orang-orang berduit seperti perselingkuhan, penipuan, dan drama sosialita yang entah gua bosan menyaksikannya karena 2022 juga banyak film seperti itu atau entah kenapa, tapi yang jelas ending dari film ini cukup memberikan pertanyaan mengenai permainan The Menu itu sendiri, apa yang mendasari para pelayan tersebut mau menjalankan sebuah suicide mission untuk menghabisi nyawa semua orang tersebut di bawah perintah seorang chef psikopat yang manipulatif dan trauma masa lalunya sebagai seorang juru masak restoran burger seolah tidak terjawab di benak gua.
Kesimpulannya, film The Menu adalah film apik yang asik diikuti dan penuh dengan kejutan dan makanan-makanan yang memanjakan mata. Pesan moralnya adalah, hal-hal besar bisa jadi tidak bermakna sama sekali ketika masa lalu yang sederhana lebih berharga dan mampu menyelamatkan nyawa, asek.
Terima kasih telah membaca review ini, jangan lupa follow instagram gua @im.amru dan subscribe channel youtube gua: Daffa Amrullah.
Comments
Post a Comment