REVIEW FILM AFTERSUN (2022)

 Review Film Aftersun (2022)

Lagi-lagi di tahun 2022 studio film A24 mengeluarkan sebuah film yang membuat mata dunia tertuju kepadanya. Setahun ke belakang gua telah menyaksikan 3 film dari A24 dengan genre yang berbeda-beda dan masing-masing punya keunikannya tersendiri. Ketiga film tersebut adalah Everything Everywhere All at Once, Pearl, dan yang terakhir dan yang ingin gua review kali ini adalah film Aftersun yang disutradarai oleh Charlotte Wells.

Aftersun sendiri bercerita tentang seorang anak perempuan bernama Sophie yang tengah berlibur berdua bersama ayahnya, Calum, ke Turki. Di sepanjang liburan tersebut Sophie dan Calum saling berinteraksi satu sama lain selayaknya seorang ayah dan anak pada umumnya. Namun di sisi lain, sebagai seorang anak, Sophie merasakan sebuah jarak antara dirinya dengan ayahnya serta sebuah beban yang disembunyikan oleh Calum sebagai seorang ayah maupun pria biasa.

Dengan plot yang sederhana, rasanya Aftersun dapat menyentuh para penontonnya dengan sangat mudah. Film ini mungkin hanya menampilkan visual sebuah kisah liburan sepasang ayah dan anak, namun banyak hal yang dihighlight dalam film Aftersun, di antaranya adalah kebahagiaan dan rasa melankolis yang bercampur menjadi satu, beban dan ketakutan akan hidup yang kerap ditutup-tutupi, serta relasi dan harapan kebanyakan orang tua pada anaknya di masa depan.

Hal-hal tersebut dapat kita lihat melalui kacamata Sophie sebagai seorang anak yang cerdas dan bijak, di mana sosoknya sangat peka akan lingkungan sekitar, terutama pada peristiwa-peristiwa dan emosi di sekelilingnya. Relasi Sophie dan Calum mungkin terlihat dekat, namun tanpa sadar ada dinding pembatas yang memberikan jarak di antara keduanya, kita dapat menyaksikannya di banyak adegan pada film ini. Sosok Sophie berani mengutarakan apapun yang ia rasakan secara jujur kepada ayahnya baik hal-hal yang ia sukai maupun tidak ia sukai, namun sebaliknya Calum selalu berusaha menjadi sosok ayah yang sempurna di mana ia kerap kali "memaksa" Sophie untuk menikmati liburannya dan menggiring segala suasana agar terlihat bahagia.

Calum, sebagai seorang ayah dan pria dewasa memiliki beban berat di luar perannya sebagai orang tua yang mengganggu kesehatan mentalnya. Namun sebagai seorang ayah, ia berusaha menutupi hal-hal tersebut dari Sophie dan tetap membuat frame liburan yang menyenangkan itu tidak terganggu. Beban Calum tidak seringan itu, situasinya yang harus menjadi ayah di usia muda serta perceraiannya membuat pribadi Calum kerap dibayangi oleh kegagalan dan ketakutan pada hidupnya, hal ini juga menjadi faktor pendukung yang menjadikan Sophie cenderung lebih dewasa karena latar belakangnya yang broken home dan mendorong rasa penasarannya untuk mengetahui hal-hal yang terjadi di belakang dirinya sebagai seorang anak. Situasi ini akhirnya menyadarkan Sophie bahwa terdapat dua sosok yang berbeda yang tengah bersamanya, yaitu Calum sebagai ayah, dan Calum sebagai pria lain yang ia tidak terlalu kenali.

Semua yang terjadi pada kisah liburan di Turki ini sejatinya adalah memori kolektif dari sosok Sophie yang telah dewasa, yang mana melalui rekaman camcorder yang direkam pada liburan tersebut sekitar dua puluh tahun lalu, Sophie berusaha mengenang bagaimana sosok ayahnya yang terjebak dalam kegelapan tersebut, harapan-harapan ayahnya, tekanan yang dialami ayahnya, dan bagaimana ayahnya selalu berekspektasi kepada Sophie untuk "pulang" kepada dirinya. Serpihan-serpihan ingatan itu dikenang Sophie sebagai kenangan manis sekaligus getir yang pernah ia lalui bersama ayahnya dalam kesenangan maupun konflik mereka dalam beberapa hari terakhir itu.

Hubungan keduanya tidak akan sukses tanpa campur tangan semua cast dan crew yang terlibat. Yang perlu gua sanjung kali ini adalah bagaimana sinematografi mampu menghadirkan kedekatan sekaligus jarak melalui shot-shot yang dibatasi oleh ruang-ruang tertentu, detail-detail intim melalui close up bagian tubuh, maupun adegan interaksi yang tidak menampilkan kedua tokoh pada satu frame yang sama, hanya melalui suara dari dialog keduanya yang mengisi kekosongan frame satu sama lain. Warna biru laut yang mendominasi film Aftersun menggiring penonton untuk merasakan ketenangan dan menyembunyikan kegelisahan yang dialami baik oleh tokoh Sophie maupun Calum selama liburan. 

Selain itu Wells juga banyak menampilkan elemen air melalui adegan underwater maupun adegan-adegan yang dekat dengan air yang apabila gua tafsirkan sendiri secara personal adalah sebagai gambaran untuk membersihkan diri, membasuh, menyegarkan, dan menenggelamkan segala masalah dan kekecewaan yang dipikul oleh Calum maupun Sophie sendiri. 

Selain sinematografi, penggunaan musik pada film Aftersun juga menunjang mood yang ingin dihadirkan pada adegan-adegan tertentu. Musik juga mewakili sisi-sisi kehidupan dan perasaan yang dialami oleh sosok Calum. Penggunaan Tender dari Blur dan Under Pressure milik Queen dan Bowie berhasil mencuri perhatian penonton dan secara personal menggugah emosi gua ketika menontonnya. Pada kedua musik yang diputar ini seolah-olah penonton diajak untuk berbahagia dan menikmati hidup yang tengah dijalani walaupun banyak kepahitan di dalamnya.

Chemistry dari duo Paul Mescal dan Frankie Corio patut diacungi jempol dalam memerankan kedua karakter Calum dan Sophie. Mereka mampu tampil natural selayaknya ayah dan anak, serta menyuguhkan kedekatan yang intens sepanjang film. 

Pada akhirnya, Aftersun ditutup dengan Calum yang berhenti merekam kepergian Sophie dan berjalan kembali melewati pintu menuju kegelapan. Sebuah penutup yang melankolis, mengakhiri segelintir rekaman memori-memori kebahagiaan yang dijalani dengan sangat singkat.

Kesimpulannya adalah film Aftersun sangat indah dalam merajut kisah keluarga yang relatable bagi banyak orang, lebih dari sekedar hubungan ayah dan anak, melainkan rahasia-rahasia di balik senyuman seorang pria yang bergulat dalam kehidupannya yang berat, dan potongan-potongan puzzle dari kenangan terhadap sosok ayah di mata anak perempuannya dalam sebuah liburan singkat yang menggugah emosi. Salut buat Charlotte Wells dan segenap filmmaker film ini.

Terima kasih telah membaca review ini, jangan lupa follow instagram gua @im.amru dan subscribe channel Youtube gua: Daffa Amrullah

Comments