REVIEW FILM BONES AND ALL (2022)

 Review Film Bones and All (2022)

Bones and All (2022) merupakan film ketiga dari sutradara Luca Guadagnino yang telah gua tonton setelah Call Me by Your Name (2017), dan Suspiria (2018). Di film ini Guadagnino kembali bekerja sama dengan Timothée Chalamet setelah 5 tahun.

Bones and All bercerita tentang Maren (Taylor Russell), seorang wanita muda yang harus bertahan hidup dan mencari ibunya di tengah lingkungan masyarakat pinggiran negara bagian Amerika. Maren memiliki sebuah kelainan, yaitu sifat kanibal di mana ia haus akan daging manusia untuk dikonsumsi. Di tengah perjalanannya menelusuri daerah-daerah tersebut, ia bertemu dengan beberapa orang yang "sama" dengan dirinya dan jatuh cinta dengan seorang pria muda bernama Lee (Timothée Chalamet) yang akhirnya menjadi pendampingnya dalam mencari ibunya.

Film ini merupakan film drama, horror, sekaligus romance, yang menyoroti kisah cinta sepasang kekasih kanibal dalam menjalani petualangan gila mereka. Di satu sisi menurut gua film ini unik karena menghadirkan perspektif hidup dari sudut pandang seorang kanibal, cara mereka bersembunyi, menemukan kelompoknya, dan hal-hal lain yang mungkin jarang diketahui oleh banyak orang. Selain itu film ini juga memberikan kita rasa gundah ketika tokoh Maren dihadapkan dengan situasi-situasi yang memaksanya untuk melakukan kekejian tersebut atau tetap menjaga kewarasannya sebagai manusia normal yang humanis. Film ini seolah mempertanyakan batas-batas kenormalan yang harus dijaga maupun dilanggar oleh tokoh Maren.

Petualangan para kanibal ini dilengkapi dengan romansa percintaan sepasang kekasih muda yang saling jatuh cinta dan mensuport satu sama lain demi melupakan kengerian masa lalu yang pernah mereka alami. Keduanya sama-sama berjuang untuk menjadi lebih baik, hidup bebas, dan melengkapi satu sama lain layaknya pasangan normal pada umumnya. Baik Maren dan Lee sama-sama menjadi pemanis dari film yang menghadirkan banyak kengerian ini.

Sesuai dengan temanya, film kanibal ini tentunya akan menghadirkan berbagai macam ketakutan yang diolah melalui berbagai cara. Adegan berdarah, pembunuham, dan kanibalisme adalah salah satu yang mungkin banyak disuguhkan di film ini, di mana kita bisa menyaksikan manusia memakan manusia secara langsung, visual organ tubuh, properti yang berlumuran darah, dan cara pembunuhan yang keji. Namun hal lain yang menurut gua menjadi penunjang kengerian sepanjang film adalah ketika tokoh-tokoh yang ada di film ini saling bercerita satu sama lain mengenai bagaimana ia membunuh "mangsanya" yang terdahulu. Inilah yang merangsang imajinasi gua sebagai penonton film dan menghadirkan ketakutan yang lebih dalam lagi.

Selain kengerian dan romansa, film Bones and All juga disupport dengan beragam performa akting dari aktor-aktor dan aktrisnya, salah satu yang paling berkesan adalah akting dari Mark Rylance yang berperan sebagai tokoh Sully, seorang kanibal tua aneh yang berdarah dingin. Rylance sukses membawakan sosok berdarah dingin tersebut dengan sangat baik, ia tampil dengan minim ekspresi, gestur yang flamboyan, dan artikulasi suara yang tenang dan menghanyutkan sehingga tanpa sadar penonton dihipnotis dan dibuat merinding ketika sosoknya berada satu frame dengan Maren.

Secara sound design film ini juga menyuguhkan beberapa variasi backsound sebagai penyunjang cerita. Saat tenang, petikan suara gitar mengiringi visual-visual hangatnya, sementara ketika adegan mulai intens dan tegang, sound berubah menjadi disturbing yang membangkitkan kesan sesak dan tertekan.

Secara keseluruhan film ini masih menarik untuk dinikmati dengan pasangan (note: apabila pasangan anda tidak penakut), namun jangan harap film ini akan seceria dan seromantis Call Me by Your Name. Pacing dari film ini menurut gua cukup lambat dan dialog-dialog kesehariannya juga sangat banyak sehingga mungkin akan membuat penonton bosan. Terlepas dari minusnya, menurut gua Luca Guadagnino masih terbilang sukses menghadirkan kisah baru bagi penontonnya.

Terima kasih telah membaca review ini, jangan lupa follow instagram gua di @im.amru dan subscribe youtube gua: Daffa Amrullah.

Comments