CERPEN: MENDEMO TUHAN
Suatu hari saat seluruh alam semesta sudah binasa. Makhluk-makhluk dibangkitkan kembali oleh Tuhan dan dikumpulkan menjadi satu di padang lapang untuk ditempatkan sesuai amalan perbuatan mereka selama di dunia melalui sebuah persidangan singkat. Makhluk yang senantiasa berprilaku buruk akan ditempatkan di sebelah kanan dan akan dimasukkan ke dalam neraka, sementara makhluk yang senantiasa berbuat baik akan di tempatkan di sisi kiri untuk masuk ke dalam surga. Makhluk yang pertama disidang adalah tumbuh-tumbuhan, lalu hewan, dan terakhir adalah manusia. Untuk setan dan malaikat tidak akan ada persidangan dikarenakan mereka sudah mendapat privilage spesial untuk menghuni surga dan neraka selayaknya hitam dan putih yang telah jelas nasibnya.
Mayoritas tumbuh-tumbuhan masuk ke surga karena kebaikannya menjaga kestabilan ekosistem bumi sepanjang umur mereka, namun beberapa tumbuhan dimasukkan ke dalam neraka karena telah membunuh makhluk lain dengan racunnya selama hidup di dunia. Begitu pula ketika giliran hewan, mereka yang serakah dalam memakan mangsanya dan membiarkan kawanannya mati kelaparan digiring masuk ke sisi kanan untuk ditempatkan di neraka.
Kini giliran manusia yang disidang, beberapa orang maju
menghadap Tuhan yang Maha Agung. Ternyata mereka yang mendapat giliran pertama
adalah sekelompok jamaat yang hidup bersama di sebuah pemukiman padat di
Jakarta di abad ke-21. Mereka adalah hamba-hamba Tuhan yang taat, dan kerap
beribadah di rumah ibadah yang sama setiap hari hingga maut menjemput mereka
satu per satu dengan damai. Orang pertama maju satu langkah ke depan, menatap jemaat
lainnya dengan senyum hangat dan damai lalu menatap Tuhan dengan haru sambil
berkata:
"Wahai Tuhan yang Maha Agung, kami adalah hamba-hambamu yang taat, kami tidak pernah sedikitpun meninggalkan ibadah, kami senantiasa berdoa dan memujimu seumur hidup kami, kami juga memakmurkan rumah ibadahmu, mengisinya dengan aktifitas-aktifitas rohani yang bermanfaat dan mengajak orang lain untuk ikut serta beribadah kepadamu. Kini izinkan kami menerima imbalan nikmat surgamu yang telah engkau janjikan melalui kitab-kitab yang jadi pedoman hidup kami, izinkan kami memasuki kebahagiaan yang kekal yang telah kami idam-idamkan selama hidup di dunia yang fana".
Tuhan tersenyum mendengar perkataan orang itu, ia memandangi satu persatu wajah hambanya yang sumringah dan penuh harapan. Tiba-tiba senyumannya hilang dalam sekejap dan Tuhan berkata kepada mereka dengan suara yang menggelegar
"Masuklah kalian ke dalam nerakaku yang panas dan
kelam, rasakanlah siksaku yang pedih dan tiada ampun!".
Semua jamaat terkejut bukan main. Tidak hanya jamaat, bahkan
seluruh umat manusia yang berkumpul di hari penghakiman juga terkejut ketika
mendengar perkataan Tuhan. Salah seorang di antara jemaat lainnya maju ke
sebelah orang pertama dan menyahuti perintah Tuhan dengan nada membujuk
"Wahai Tuhan yang Maha Agung, mengapa engkau memasukkan kami ke dalam neraka? Sementara kami senantiasa melakukan kebaikan selama hidup di dunia?"
"Bukankah engkau Tuhan yang Maha Adil? Mengapa balasan
yang kami dapat tidak setimpal?,"
Lautan manusia di belakang para jemaat menjadi riuh dan
saling berbisik satu sama lain. Seorang pria tua yang terlihat paling arif dari
kelompok jamaah mulai melangkah maju dari barisan. Ia merupakan pemimpin dari kelompok
jamaah tersebut semasa di dunia.
"Tuhan, sayalah yang setiap hari menyerukan panggilan
ibadah kepada hamba-hambamu dari pagi hingga malam. Saya juga berkhotbah kepada
mereka yang berdiri di hadapanmu, dan saya jugalah saksi ketaatan mereka dalam
memegang teguh imannya kepadamu. Kini apa yang engkau pertanyakan dari kami
Tuhan?," tegas si pria tua.
Seorang pria yang berada di barisan paling belakang jamaah
menambahkan
"Kami bangun rumah ibadah yang megah untuk memujimu! Kami jaga kebersihan dan kesuciannya, kami lengkapi segala fasilitasnya agar semakin banyak orang yang mau datang untuk beribadah dan menjalankan perintahmu! Kini apa imbalan untuk kami? Apakah semua itu sia-sia? Mana janji-janjimu yang telah kau tulis di dalam kitab-kitab itu? Mana kenikmatan yang tiap hari disampaikan melalui khotbah pak tua itu? Di mana, Tuhan? Di mana?"
"Kami juga membelamu saat namamu dihina oleh orang lain! Kami turun ke jalan di tengah terik matahari dan derita demi menegakkan keagunganmu! Apa pantas kini kami diperlakukan rendah begini?! Sementara semasa hidup, waktu dan tenaga telah kami curahkan hanya untukmu Tuhan," teriak salah seorang remaja dari jamaah tersebut.
Suasana mulai memanas. Para jamaah mendemo Tuhan dan membredelnya dengan berbagai tuntutan dan pertanyaan. Manusia-manusia lain mulai riuh dan bersahut-sahutan, mereka mulai panik dan takut akan dimasukkan ke dalam neraka juga ketika melihat para jamaah yang taat beribadahpun diperintahkan untuk memasuki neraka. Mereka saling mempertanyakan nasibnya satu sama lain dan mengingat-ingat apa saja amalan baik yang telah mereka perbuat sebagai langkah untuk berjaga-jaga dalam berargumen dengan Tuhan saat dirinya disidang nanti.
Tuhan kembali tersenyum, ia seketika membungkam triliunan
manusia yang sedang kacau balau tanpa mengeluarkan sepatah kata. Kini suasana
hening, semua mata tertuju kepada Tuhan. Tuhan berkata
"Wahai seluruh umat manusia, hamba-hambaku, makhluk ciptaanku. Bukankah sudah kuberikan akal kepada kalian agar kalian senantiasa berpikir?. Bukankah telah kutanamkan rasa ke dalam masing-masing hati agar kalian bisa merasakan apa yang makhluk lain rasakan? Agar kalian bisa merasa bahagia dan sedih selama kalian menjalani hidup di dunia yang fana. Bukankah jelas-jelas kalianlah makhluk yang paling sempurna di antara makhluk-makhlukku yang lain?."
Tuhan menatap ke orang pertama yang maju untuk berbicara
kepadanya.
"Hambaku" ujar Tuhan.
"Tanpa kau jelaskan semua hal-hal yang telah kau lakukan selama di dunia, aku sudah mengetahuinya. Aku tahu seberapa taatnya kalian kepadaku, aku tahu sekuat apa keteguhan iman kalian kepadaku. Dan sesungguhnya aku maha Mengetahui apa yang kalian tidak ketahui, bahkan ketika makhluk sekecil mikroba berdusta, maka tak mungkin diriku tidak mengetahuinya. Ada alasan mengapa aku memerintahkan kalian untuk masuk ke dalam neraka meskipun kalian adalah orang yang paling taat beragama di muka bumi".
Semua jamaah memandang Tuhan dengan kebingungan. Tuhan lalu
menatap ke orang yang kedua dan ketiga sembari berkata
"Aku adalah zat yang Maha Adil, semua keputusanku tentu mutlak dan sudah penuh pertimbangan yang bahkan tak bisa kalian patokkan tolak ukurnya. Tak semua hal-hal yang kalian lakukan di dunia ini penuh dengan kebaikan, kalian tidak melihat dan menyadari keburukan tersembunyi yang menggerogoti kebaikan kalian selama kalian hidup di dunia ini, selama kalian beribadah kepadaku, selama kalian menjalankan perintahku. Sesungguhnya kalian tak dapat melihat borok-borok yang ada di dalam hati kalian, di mana kebaikan yang nampak di mata manusia menyelimutinya bagaikan bungkusan kado yang sangat indah, namun isinya busuk, bahkan lebih busuk daripada keburukan apapun yang pernah ada".
Lalu Tuhan menatap si pria tua pemimpin jamaah.
"Kau menyerukan panggilan ibadah dengan suara lantang sejak fajar hingga malam, tapi engkau lupa untuk menyerukan cinta kasih kepada sesama makhluk hidup lain yang ada di dunia kepada para jemaat yang mengikutimu."
Si pria tua terdiam.
"Kau menyerukan khotbah dengan suara lantang kepada para jamaah, mengajak mereka untuk membeda-bedakan manusia, merendahkan yang bukan golongan kalian, menebar bibit-bibit kebencian yang dibalut ayat-ayatku, bahkan memusuhi manusia lain yang tak sepaham denganmu, apa itu yang kau sebut dengan kebaikan?"
Pria tua itu menunduk malu ketika Tuhan mendiktenya dengan semua perbuatannya.
"Bahkan khotbahmu sampai ke telinga mereka, didengar oleh orang lain yang kau caci dan menyakiti hati mereka. Apakah kau sadar setelah jamaahmu pulang mereka menerapkan ajaran yang telah kau tanamkan dan dipraktekkan dalam kehidupan sehari-hari? Sadarkah jamaahmu itu menyakiti hati orang lain sesuai dengan apa yang mereka dengar saat kau berdiri di atas mimbar? Sadarkah ucapanmu itu adalah dosa-dosa yang berkaitan seperti rantai yang saling sambung menyambung?."
Pria tua itu sangat malu hingga bersimpuh di hadapan Tuhan.
"Apakah aku pernah menyuruh kalian untuk berbuat keburukan dan menebar kebencian wahai hamba-hambaku? Apakah ada satu baris dalam ayatku yang menyebut makhluk lain selain kalian itu hina dan pantas untuk direndahkan?" Tanya Tuhan kepada semua manusia yang hadir.
Para jamaah mulai bergetar ketika Tuhan menatapi mereka satu
persatu. Kini Tuhan menatapi jamaah di barisan paling belakang dan menegurnya
"Untuk apa kalian bermegah-megahan dalam membangun rumah ibadah sementara masih banyak manusia di sekeliling kalian yang kelaparan dan kehausan? Mereka memegangi perutnya seraya berharap ada sesuap makanan yang bisa dimakan hari itu. Bukankah uang-uang tersebut dapat mengisi perut-perut anak yatim yang tidak pernah merasakan rasanya disuapi nasi oleh ayah dan ibunya? Bukankah senyuman mereka lebih berharga daripada pilar-pilar megah, langit-langit yang tinggi, dan lantai-lantai marmer yang kalian persembahkan kepadaku di dalam rumah ibadah itu?. Dan kau berdalih menjaga kebersihan dan kesucian rumah ibadah itu sampai-sampai kau usir orang miskin yang ingin menumpang beristirahat sehingga mereka harus merasakan dinginnya tidur di luar sana sambil menatap langit malam yang gelap, tanpa kehangatan, tanpa rasa nyaman maupun aman. Apakah aku pernah menyuruh hamba-hambaku untuk menumpuk nikmat hingga ia lupa berbagi kepada sesama ataupun hambaku yang lebih membutuhkan?"
Para jamaah kini tertunduk diam dan malu karena telah mendemo Tuhan.
"Kini satu persatu dari kalian menuntutku untuk memberi imbalan surga? Kenikmatan yang kekal? Mengingat semua hal yang telah kalian lakukan selama di dunia, pantaskah kalian mendapat surga?," tanya Tuhan kepada para jamaah.
"Aku adalah Tuhan yang Maha Agung, aku tidak perlu dibela. Tanpa manusia memujiku, aku sudah mulia. Kalian manusia yang telah kuberikan akal namun tidak bisa memanfaatkannya maka derajatnya lebih rendah dari makhluk apapun yang tengah berkumpul saat ini!," seru Tuhan kepada seluruh lautan manusia.
"Apakah kalian tidak dapat belajar dari bagaimana tumbuhan yang banyak masuk surga karena kebaikannya menjaga ekosistem dunia, atau hewan yang masuk neraka karena serakah dalam memakan mangsanya dan membiarkan kawanannya mati kelaparan? Bahkan telah kuberikan kalian bentuk tubuh yang sempurna, dengan mata yang sempurna, dengan akal yang sempurna, dengan hati yang sempurna, apakah kalian tidak melihat? Apakah kalian berpikir selama kalian berada di dunia? Apakah kalian tidak bisa merasakan apa yang orang lain rasakan ketika mereka sakit, menderita, dan merana?".
Suasana hening ketika Tuhan berkata demikian di hadapan semua manusia yang pernah hidup dan pernah mati. Reaksi mereka beragam, ada yang menunduk dan merenungi segala perbuatan-perbuatannya di dunia, ada yang resah dan ketakutan, bahkan ada yang menangis tersedu-sedu karena menyesali betapa sia-sianya kehidupan yang telah ia jalani sebelumnya.
Tuhanpun mengeluarkan kata-kata terakhirnya.
"Maka sesuai janjiku, kini masuklah kalian ke dalam neraka".
Ironis, para jamaah yang selama di dunia adalah hamba-hamba
Tuhan yang paling taat dalam menjalankan ibadah, malah masuk neraka karena
kelalaiannya dalam berbuat baik kepada sesama. Selama ini mereka lupa bahwa
hal-hal baik itu tidak semata berhubungan dengan Tuhan dalam praktik-praktik
ritual keagamaan, tapi bagaimana menjadi manusia yang berguna dan menebarkan
cinta kasih kepada makhluk-makluk lainnya tanpa pamrih.
Daffa Amrullah.
Jakarta, 15 September 2022.
Gokilll
ReplyDelete