REVIEW FILM NOPE (2022)

 REVIEW FILM NOPE (2022)

Memang tidak sekuat film pertama maupun keduanya, kali ini Jordan Peele menghadirkan sebuah ketakutan baru melalui cara yang berbeda di film Nope. Film ini bercerita mengenai peristiwa aneh yang menimpa sebuah peternakan kuda untuk properti shooting film di California, di mana OJ (Daniel Kaluuya) dan Em (Keke Palmer) berusaha memecahkan misteri kematian ayahnya yang janggal dan memburu "makhluk" yang meneror peternakan tersebut.

Film Nope sendiri dipisahkan menjadi beberapa babak: "Ghost", "Clover", "Gordy", "Lucky", dan "Jean Jacket". Dalam 1 jam pertamanya, mungkin penonton akan merasakan kebosanan yang teramat sangat dikarenakan pacing dari film yang berjalan sangat lambat dan dipenuhi oleh dialog-dialog keseharian antara kakak adik dengan kultur dan background kulit hitam Amerika serta suasana country yang kental. Baru di pertengahan filmlah penonton dapat mengintip sedikit demi sedikit "makhluk" yang menjadi sumber masalah di film ini. Pada tiap-tiap babak itu sendiri, Nope berhasil membagi porsi teror sedikit demi sedikit hingga babak akhirnya diselesaikan sesuai dengan ekspektasi yang diharapkan oleh penonton.

Nope memang bercerita mengenai "hewan", dengan salah satu subplotnya yang mengangkat tragedi sebuah acara televisi yang memakai hewan sebagai properti, serta traumatik yang dibentuk dari kisah tersebut. Plotting information yang disebar melalui properti, dialog, maupun setting mampu menutupi kekurangannya di babak awal setelah penonton berhasil memasuki babak ketiga film ini. Selain hal tersebut, Jordan Peele masih tetap konsisten mengangkat isu-isu sosial mengenai ras dan warna kulit melalui film ketiganya. Film Nope sendiri adalah tamparan dari Peele kepada penonton mengenai dunia cinema khususnya mengenai teknologi perekaman, mulai dari akarnya yaitu motion picture yang dipelopori oleh  Eadweard Muybridge, sampai fenomena keserakahan manusia masa kini demi menangkap momen "viral" yang berujung pada kejatuhannya masing-masing.

Daniel Kluuya masih tetap mantap dalam segi akting sebagai leading actor, walaupun tidak seintens dan sekompleks Get Out (2017) dalam sisi mengeksplorasi emosi. Keke Palmer juga mampu memberi warna dan kehangatan sebagai pelengkap akting Kaluuya yang terasa lebih dingin dari biasanya. Untuk aspek teror dan horor, film Nope memberikan kadar yang cukup dalam menghadirkan ketegangan kepada penonton, namun masih jauh dibandingkan Get Out (2017), maupun Us (2019) yang lebih mendebarkan dan menguras emosi. Secara personal, film ini bagi gua merupakan kesuksesan lain untuk Peele dalam mengangkat unsur ketakutan manusia melalui film-filmnya yang bergenre horror, mystery, dan thriller. Oh iya, kali ini juga unsur ketakutan tersebut diwujudkan melalui genre lain oleh Peele, yaitu Sci-Fi.


Comments